Tradisi Suronan Masyarakat Jawa
Suro adalah kata dari Bulan Muhharam dalam masyarakat Jawa.Sebenarnya Suro berasal dari Bahasa Arab "asyuro" yang artinya "sepuluh",yaitu hari ke 10 dalam Bulan Muharram.Dalam Agama Islam tanggal 10 dalam Bulan Muharram sangat istimewa karena ada peristiwa besar para nabi yang terjadi pada 10 Muharram.Karena hal itu masyarakat muslim di Indonesia khususnya Jawa juga memperingati hari itu.Namun asyuro dalam lidah Jawa lebih di kenal dengan Suro.
Kata "suro" juga merupakan arti penting 10 hari pertama bulan itu dalam sistem kepercayaan Islam-jawa,dimana dari 29 atau 30 hari bulan muharram yang dianggap paling "keramat" adalah 10 hari pertama,atau lebih tepatnya sejak tanggal 1 sampai 8,saat mana dilaksanakan acara kenduri bubur suro.Namun mengenai keramat nya bulan suro bagi masyarakat Islam-jawa,di pengaruhi budaya kraton.
Ritual satu suro telah dikenal masyarakat Jawa sejak masa Sultan Agung (1613-1645 M). Saat itu masyarakat Jawa masih memiliki sistem penanggalan tahun saka yang diwarisi tradisi Hindu.Bagi masyarakat Jawa bulan Suro merupakan bulan yang sakral(suci),bahkan ada yang mengatakan tidak boleh melakukan perayaan seperti pernikahan dan lain-lain dalam bulan Suro.
Bagi masyarakat awam bulan Suro adalah bulan yang menakutkan dan sering di kaitkan dengan hal mistis.Namun sebenarnya Suro adalah peringatan hari bersejarah dalam agama islam dengan di balut tradisi yang masih kental.Ini merupakan perpaduan antara agama islam dengan tradisi hindu yang merupakan agama yang sudah ada sebelum islam masuk ke tanah Jawa.
Kata "suro" juga merupakan arti penting 10 hari pertama bulan itu dalam sistem kepercayaan Islam-jawa,dimana dari 29 atau 30 hari bulan muharram yang dianggap paling "keramat" adalah 10 hari pertama,atau lebih tepatnya sejak tanggal 1 sampai 8,saat mana dilaksanakan acara kenduri bubur suro.Namun mengenai keramat nya bulan suro bagi masyarakat Islam-jawa,di pengaruhi budaya kraton.
Ritual satu suro telah dikenal masyarakat Jawa sejak masa Sultan Agung (1613-1645 M). Saat itu masyarakat Jawa masih memiliki sistem penanggalan tahun saka yang diwarisi tradisi Hindu.Bagi masyarakat Jawa bulan Suro merupakan bulan yang sakral(suci),bahkan ada yang mengatakan tidak boleh melakukan perayaan seperti pernikahan dan lain-lain dalam bulan Suro.
Bagi masyarakat awam bulan Suro adalah bulan yang menakutkan dan sering di kaitkan dengan hal mistis.Namun sebenarnya Suro adalah peringatan hari bersejarah dalam agama islam dengan di balut tradisi yang masih kental.Ini merupakan perpaduan antara agama islam dengan tradisi hindu yang merupakan agama yang sudah ada sebelum islam masuk ke tanah Jawa.
No comments for "Tradisi Suronan Masyarakat Jawa"
Post a Comment